Baca ini kurang dari 1 menit: "Pribadi reaktif mendahulukan emosi daripada jalan keluar. Mudah kecewa menghadapi kritikan dan cenderung menuntut orang lain memahami dirinya, daripada berusaha memahami orang lain. Pribadi reaktif ini kurang tanggap akan betapa pentingnya memperbaiki diri. Ini karena pribadi reaktif lebih menuntut orang lain melakukan sesuatu daripada dirinya sendiri".
Ngerasa kesentilkah? ane sih iya, kadang2 gatel banget pengen banyak nuntut keadaan atau sekedar share ttg ketidaksesuaian harapan dgn realitas di sekitar, ex: kinerja pemerintah, konflik sepele antar kelompok dll.
Maksud si penulis apa sih? ya itu tadi, be wise lah, masih banyak yg harus diperbaiki pada diri sendiri, daripada ikut2an mainstream kaya orang, fokus pada apa yang sekiranya mendewasakan diri, kembangkan potensi, eh bukan ngajarin buat apatis terhadap lingkungan ya, tapi lebih cerdas n proporsional dong terhadap sesuatu hal, jangan sampe banyak wkt yg kebuang buat hal yg sia-sia.
Eh banyak juga ya yang ditulis, sekali-kali nulis yang agak serius, istirahat dulu dari nulis sajak, hehe so, gak ada salahnya mulai evaluasi diri, siapa tau kedepannya kita bisa jadi lebih baik, n bisa jadi kebaikan utk org lain, seperti dalam sebuah riwayat:
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
“Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” HR. Tirmidzi
Finally, ini mah hanya status saran aja, tidak ada niat utk menggurui